"PENGEN DIET TANPA KESIKSA PLUS SEHAT???"

CEMILAN ENAK!!! TAPI SEHAT!!!











Hasil Penelitian 60 Tahun Tegaskan G-Spot Tidak Ada

vira hari ini

Banyak perempuan bersumpah memiliki titik-titik erotis dalam tubuhnya atau disebut G-spot. Sayangnya, hasil kajian selama 60 tahun terhadap berbagai penelitian menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan sampai saat ini masih belum dapat menemukan letak G-spot pada tubuh perempuan.

Dalam laporan yang dimuat Journal of Sexual Medicine, para peneliti telah menggunakan metode survei, scan otak dan biopsi pada para perempuan. Semuanya berusaha mencari dan menentukan area orgasmik yang diduga terletak pada dinding vagina yang dikenal sebagai G-spot.

Berdasarkan telaah atas 96 penelitian yang telah diterbitkan, tim peneliti dari Israel dan Amerika akhirnya sampai pada satu kesimpulan.

"Tanpa diragukan lagi, sebuah entitas anatomi yang rahasia disebut G-spot itu tidak ada. Memang hasil penelitian kami tidaklah mutlak, dan mungkin para ilmuwan lain suatu hari nanti dapat menemukan sesuatu yang tidak terjawab oleh kami. Tapi, mereka akan membutuhkan teknologi baru untuk dapat menemukannya," kata Dr Amichai Kilchevsky, seorang pakar urologi di Yale-New Haven Hospital di Connecticut seperti dilansir myhealthnewsdaily.com, Kamis (19/1/2012).

Nama G-spot diambil untuk menghormati mendiang Dr Ernst Grafenberg. Pada tahun 1950, beliau menggambarkan sebuah bagian yang sangat sensitif seluas 1-2 cm pada dinding vagina.

Penjelasan Grafenberg ini membikin penasaran ilmu kedokteran Barat untuk mendefinisikan dan mempelajari lebih lanjut tentang area ini. Konon area yang akhirnya disebut G-Spot ini terletak beberapa sentimeter dalamnya dari lubang vagina, yaitu pada pada dinding vagina perempuan.

Dr Grafenberg bukanlah orang pertama yang menulis tentang zona erotis tersebut. Naskah Kamasastra dan Jayamangala yang disusun di India pada abad ke-11 menggambarkan daerah sensitif yang sama.

Namun survei yang telah dilakukan kepada para perempuan justru hanya membuat pencarian bertambah membingungkan. Dari review 29 survei dan penelitian observasional, Kilchevsky menyimpulkan bahwa mayoritas perempuan percaya bahwa G-spot benar-benar ada. Namun beberapa di antaranya juga mengaku bahwa mereka tidak dapat menemukannya.

Peneliti lain telah mencari bukti fisik keberadaan G-Spot. Biopsi atau pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium dari dinding vagina sering menemukan bahwa ujung saraf di daerah G-spot lebih banyak dibandingkan dengan bagian lain dari dinding vagina.

Tapi Kilchevsky dan rekan-rekannya juga menemukan penelitian biopsi ini memiliki hasil yang kurang jelas, dan sensitivitas dalam tubuh manusia tidak ditentukan oleh jumlah ujung saraf saja.

Sebuah penelitian tahun 2008 pernah dilakukan untuk mengamati dinding vagina menggunakan pencitraan USG. Hasilnya, ditemukan bukti keberadaan jaringan tebal di daerah G-spot pada perempuan yang mengaku mengalami orgasme vagina.

Perempuan yang mengaku belum pernah mengalami orgasme vagina memiliki jaringan yang tipis di bagian tersebut. Namun, penelitian ini dan penelitian lain dengan teknik pencitraan masih gagal menemukan secara tepat bagian manakah yang disebut G-spot itu.

"Saya berharap kesimpulan saya ini mendukung perempuan yang merasa khawatir tidak dapat menemukan G-spot-nya. Perempuan yang tidak dapat mencapai orgasme melalui penetrasi vagina tidak memiliki hal yang salah dengan tubuhnya," kata Kilchevsky.

Namun Kilchevsky juga tidak menganggap bahwa perempuan yang mengaku memiliki G-spot adalah gila. Menurutnya, sensasi yang dirasakan mungkin merupakan kelanjutan dari klitoris. Orang seringkali acuh dan menganggap jaringan klitoris yang meluas ke bagian dalam tubuh sebagai G-spot.

Sebuah tim peneliti di Rutgers University baru-baru ini meminta beberapa perempuan merangsang dirinya sendiri ketika berada dalam mesin scan otak fMRI. Hasil scan otak menunjukkan bahwa ketika perempuan merangsang klitoris, vagina dan leher rahim, daerah pada otak yang disebut korteks sensorik diaktifkan. Artinya, otak menafsirkan sensasi yang berbeda ketika merangsang klitoris, serviks dan dinding vagina. Hal inilah yang membuat G-Spot menajdi tekenal.

"Saya berpikir bahwa sebagian besar bukti menunjukkan bahwa G-spot bukanlah struktur tertentu. Tidak seperti mengatakan, 'apakah itu kelenjar tiroid?', G-spot lebih menyerupai konsep seperti kota New York. G-spot adalah suatu hal, suatu daerah, pertemuan berbagai struktur yang berbeda," kata peneliti, Barry Komisaruk, profesor psikologi di Rutgers University.

Komisaruk mengatakan bahwa menekan bagian sensitif yang disebut sebagai G-spot juga menekan uretra dan struktur yang disebut kelenjar Skene, kelenjar yang serupa dengan prostat laki-laki.

"Masing-masing bagian tubuh memiliki saraf yang berbeda. Saya pikir ada data yang cukup baik menjelaskan banyak perempuan merasa bahwa daerah itu adalah daerah yang sangat sensitif," kata Komisaruk.

Dr Helen O'Connell dari Australia menemukan bahwa vagina, klitoris dan uretra dapat bertindak sebagai 'kompleks klitoris' saat berhubungan seks. Setiap kali dari salah satu bagian-bagian tersebut bergerak atau dirangsang, bisa menggerakkan dan merangsang bagian lainnya.
LihatTutupKomentar